“Aku bangga pada kampusku, tapi belum tentu pada jas almamaterku”. Setujukah kawan-kawan dgn statement yg barusan?? Apakah jika jas almamaternya bagus maka kampusnya juga demikian, atau bisa jadi sebaliknya?

'Afwan, tulisan ini tidak akan mengorek lebih tentang plus minus jas almamater kita, karena kita harus menelisik dulu pihak mana yg mngurusi pengadaan jas almamater, katalog harganya, dan perbandingan lintas kampus juga. Jadi, kita bincangkan yang lain aja yaa…

Paling tidak, ada delapan kondisi dimana kita diharuskan mengenakan jas ‘kebesaran’ kampus kita, yakni pada saat OSPEK/OSFAK/OSJUR, PKLI, Ujian PKLI, Seminar Proposal, Ujian Kompre, Ujian Skripsi, Yudisium, dan Wisuda. Jadi, sedikit sekali ya?? Tapi minimal pernah lah… hehee..

Mungkin ada sebagian dari kita pernah (ato sering) iri pada mahasiswa kampus lainnya yang jas almamaternya ‘berbeda’ dari punya kita, (mungkin) lebih licin dan ato (mungkin) lebih mengkilap. Ada yg menyerah pada keadaan tapi ada juga yang mencoba terus ‘berjoeang’, dgn mengecilkan ukuran jas almamater jika kebesaran, ato mencari tukeran jika kekecilan, ato nyari pinjeman sebagai jalan pintasnya (shortcut). Nah, inilah pertanda bahwa kita sebenarnya sangat ingin berbangga memakai atribut identitas kampus kita, karena jas almamater adalah identitas almamater kita yg tampak, yg membawa kesan pertama bagi yang melihat kita.

Ada juga yang menyalurkan kebanggan tidak langsung pada identitas kampus, tapi misalnya pada identitas jurusan, HMJ, UKM, jaket laboratorium, jaket angkatan, maupun jaket organisasi. Karena jaket tersebut bisa kita tentukan desain dan kualitasnya sesuai keinginan kita. Maka hasilnya, pemakai atribut ini lebih banyak berseliweran dibanding pemakai jas almamater kampus.

Pertanyaannya adalah, masih pantaskah kita merasa gengsi memakai jas almamater kampus? Apakah karena ukurannya gak pas kita jadi malu? Atau takut dikira aktifis? Ato takut diejek sbgy mahasiswa sok rajin? Kurang modis? Masak begitu sih?

Tapi yang jelas, jas tersebut adalah identitas kampus kita, sebagai jati diri pemakainya. Jas tersebut menunjukkan bahwa pemakainya adalah golongan intelektual, agent of revolution, generasi harapan, calon pahlawan masyarakat. Dengan memakai jas tersebut, maka lihatlah (logo) UIN ada di dada kita. Sambil rekan-rekan yg berwenang memperbaiki kualitas (fisik) jas almamater, kita juga harus memperbaiki kualitas prestasi kita, demi almamater kita tentunya. Jadi, jangan pernah ragu, UIN di dadaku!!